Tetap Mencintaimu
Inspiration By : Devi Kinal Putri
Selalu teringat dibenakku
kejadian dua minggu yang lalu.
Teringat akan senyuman tulus gadis
itu juga kedua mata indahnya yang
kugambarkan mirip dengan bulan
terang di malam hari. Saat nyaris
saja sebuah mobil menabrak gadis
itu, dengan sigapnya aku menolong
gadis yang tidak kuketahui namanya
itu bak seorang pahlawan. Kejadian
itu benar-benar membuatku gelisah
sekarang. Ditambah pancaran sinar
dari wajah cantik gadis itu yang
membuatku tambah tak karuan.
Bahkan hingga saat ini, aku masih
saja terus gelisah memikirkan gadis
cantik itu. Hingga saat ini, saat
sesuatu yang tidak terduga datang
lagi kepadaku..
Kupotret bangunan-bangunan
di Kota Tua sore itu, semua orang
yang lewat, para pedangang yang
menanti pembeli datang. Hingga
sesuatu yang tidak terduga itu
terjadi. Diantara banyak orang-
orang lewat sambil tertawa ria, aku
melihat sosok wajah yang familiar.
Ya, gadis itu. Gadis yang kutolong
dua minggu lalu. Dia juga sedang asik
mengabadikan kejadian-kejadian
menarik di Kota Tua sore itu.
Kemudian terukir sebuah senyuman
dibibirku, dan aku pun berlari
menghampiri gadis itu.
"Hey!" sapaku. Gadis itu
menoleh sambil tersenyum indah
dengan tampang agak sedikit bingung
dan ragu.
"Dua minggu lalu, kita
ketemu saat kamu mau ketabrak
mobil. Udah inget sama aku?"
tanyaku menjawab tanda tanya
dipikiran gadis itu. Gadis itu
kemudian tertawa sambil
menganggukkan kepalanya.
"So, kamu seneng photograph
juga, nal?" tanyaku setelah kami
berkenalan dan aku tau nama gadis
itu adalah kinal.
"Iya. Dari SMA aku udah
suka photograph. Seneng aja gitu
bisa ngabadiin hal-hal menarik yang
kadang nggak kita sadarin"
jawabnya sambil tersenyum lembut
ditambah sebuah lesung pipi di pipi
kanannya.
Aku mengangguk. "Emm, kapan-
kapan boleh kali hunting bareng.
Hehe" ucapku basa-basi.
"Oh, boleh-boleh!
Secepatnya deh direncanain
tempatnya, soalnya baru-baru ini
aku juga ada rencana mau hunting
gitu deh" jawabnya bersemangat.
"Oke deh, pasti diusahain
cepet cari tempat huntingnya, nal"
sahutku sambil mengedipkan satu
mata kearahnya. kinal tertawa
kemudian dia memotret seorang ibu
yang sedang menggandeng kedua
anak kembarnya.
"Mau es krim?" tanyaku
lagi. kinal mengangguk.
***
Semakin lama, semakin dekat
aku dengan kinal. Takdir memang
tidak kemana, pertemuanku dengan
kinal benar-benar takdir yang indah.
Apalagi setelah kita berdua hunting
bersama di sebuah wisata air terjun
di Jawa Tengah, kita berdua menjadi
semakin akrab lagi. Kita berdua
sudah saling berbuka cerita satu
sama lain. Berbagi inspirasi, cerita,
pengalaman, trik-trik memotret
yang baik dan lainnya. Sampai
kuketahui ternyata kedua orangtua
kinal telah lama meninggal dan
sekarang dia tinggal bersama
tantenya dengan hidup yang
sederhana. Kenang-kenangan dari
kedua orangtuanya hanya sebuah
kamera yang sekarang selalu berada
disisinya juga keinginan
orangtuanya yang selalu ada
dipikiran kinal. Mereka ingin sekali
kinal menjadi photografer handal,
terkenal dan bisa melanjutkan studi
di Paris.
" Mereka mau banget aku
bisa ke Paris, menjadi seorang
mahasiswi dan seorang photografer
yang handal, Nara. Jika suatu saat
aku bisa memamerkan hasil foto-
fotoku di Paris, mereka pasti akan
bangga banget punya anak kayak
aku. Makanya itu, sampe sakarang,
aku terus berlatih jadi photografer
yang handal supaya bisa dapet
beasiswa ke Paris dari kampusku. I
ever fail, but I always try it again
and again ", jelas kinal saat
berbicara tentang keinginan
orangtuanya
Dari situ aku mengerti,
bahwa kinal adalah seorang
perempuan yang pantang menyerah
demi keinginan orang yang
disayanginya.
Lima bulan telah berlalu
dengan begitu cepat. Kedekatanku
dengan kinal semakin menjadi.
Kehandalan kinal dalam memotret
suatu objek juga semakin mantap.
Aku optimis, jika dia bisa
mendapatkan beasiswa itu. Dengan
berjalannya waktu dan kedekatan
ini, timbul perasaan sayangku
padanya yang lebih mendalam dari
sebelum-sebelumnya. Aku semakin
ingin menjaga kinal sepenuh hatiku.
Aku ingin sekali melindunginya dari
apapun. Aku ingin selalu ada
disampingnya selalu. Menemani
harinya. Tapi, aku masih belum
berani mengungkapkan perasaan
sayang ini padanya. Mungkin aku
memang cowok pengecut yang takut
ditolak cintanya dengan kinal jika
aku mengungkapkan isi hatiku yang
sebenarnya. Tapi, aku memang
benar-benar takut. Sampai saat ini
kinal tidak pernah memperhatikanku
sampai sedetail mungkin. Dia hanya
memerhatikanku sebagai temannya,
menurutku. Sampai malam itu, saat
aku mengajaknya ke Puncak, malam
yang sangat istimewa bagiku..
"Nara, kamu nggak mau
ngomong sesuatu sama aku?" tanya
Kinal tiba-tiba.
seketika aku bingung
menatap Kinal. Tapi Kinal membalas
tatapan bingung itu dengan
senyuman dan sebuah lesung pipi
khasnya.
"Emm, berbulan-bulan kita
dekat, apa kamu nggak ngerasa
sesuatu yang berubah dari hati
kamu?" tanya Kinal lagi sambil
memandang licik kearahku.
Aku hanya menaikkan satu
alisku keatas, bingung.
"Oke, bukannya aku
kepedean sih, but I think.. you like
me", ucapan singkat yang keluar dari
mulut Kinal itu telah membuat
sekujur tubuhku gemetaran.
Aku rasa darahku berhenti
mengalir. Kemudian aku menarik
nafas dalam-dalam dan membuangnya
secara perlahan hingga tiga kali,
baru kemudian kujawab ucapan Kinal
tadi. "No I'm not. I don't like you,
but I love you, Kinal" jawabku
kemudian.
Kinal terlihat kaget
sejenak, dan kemudian dia
tersenyum indah sekali padaku. "Dari
pertama insiden itu terjadi, aku
udah tertarik sama kamu. Tadinya
aku berpikir mustahil akan bertemu
kamu lagi tapi ternyata takdir
berkata lain. Kita berdua
dipertemukan kembali di sebuah
tempat indah dan saat suasana
romantis tercipta. Sampai akhirnya
kita semakin dekat dan semakin lama
perasaan sayang itu terbentuk di
hatiku untuk kamu, Kinal" ucapku.
Tiba-tiba Kinal memelukku dengan
erat, aku merasa bahuku basah.
Kinal menangis. "I love you
too, Nara" ucapnya disela-sela isak
tangisnya. Senyumku berkembang
sambil membalas pelukan Kinal.
Malam itu dirumah Kinal
sangat ramai. Bertahun-tahun Kinal
menginginkan dan akhirnya hari itu
juga dia telah mendapatkannya.
Malam itu juga genap hubungan kami
yang setahun. "Thanks for Allah
SWT, yang telah memberikan kasih
sayangnya padaku, thanks for my
friends, my belove's aunt and thanks
for my beloved, yang telah hadir
disini. Aku mendapatkan beasiswa ini
nggak luput dari peranan dan support
dari kalian semua. Bertahun-tahun
aku mengejarnya, ternyata
pengejaran itu berakhir disini.
Ditahun ke-6 kedua orangtuaku
meninggal. Setelah nanti aku berada
di paris, aku nggak akan pernah
mengecewakan kalian semua
terutama Tante Mira dan keluarga
yang telah ngerawat aku setelah
kepergian kedua orangtuaku. Aku
benar-benar berterima kasih atas
apa yang telah kalian lakukan
padaku" ucap Kinal panjang lebar
dihari kebahagiaannya malam itu.
Pelukan dan ciuman hangat
serta tangis haru beradu menjadi
satu dimalam bahagia itu. Aku yakin,
kedua orangtua Kinal juga pasti
merasakan kebahagiaan di Surga
sana.
Setelah lama berbincang,
kemudian Kinal pamit permisi sambil
mengajakku keluar rumah. Kinal
memelukku kemudian mencium pipiku.
Dikeluarkannya tiket pesawat
keberangkatan menuju Paris besok
dari dalam saku bajunya.
"See it, Honey" ucapnya
sambil tersenyum padaku. "Happy
anniversary one year, Nara"
ucapnya lagi sambil meneteskan air
mata.
"Kenapa?" tanyaku sambil
menghapus air matanya.
"Walau nanti kita nggak
ketemu, kita berbeda tempat,
berbeda pijakan bumi dan hamparan
langit, kita akan tetap saling
mencintai kan? Kamu nggak akan
ninggalin aku kan? Hati kita akan
terus bersatu kan?" tanya Kinal
semakin terisak.
Aku tersenyum, "aku cinta
sama kamu selama-lamanya, Kinal.
Aku akan terus dan akan tetap
mencintaimu sampai nanti kita akan
kembali pada Tuhan.
"Only dead is over our". "I
wish, We can meet again and stay at
the romantic place in this world,
French. Paris. And at the heaven if
we die" ucap Kinal sambil terus
menangis.
"Kita pasti akan bertemu di
kota romastis sedunia ini, Paris dan
di Surga jika kita mati nanti"
sahutku mengikuti ucapan Kinal.
Aku memeluk Kinal dan
menciumi keningnya. Walau berat
melepasnya, tapi aku rela demi
kebahagiaannya... mungkin...
Acara di rumah Kinal selesai
sekitar pukul 01.00. semua teman-
temannya sudah pulang dan aku pun
pamit pulang pada Kinal dan keluarga
Tantenya. Saat setengah
perjalanan, tiba-tiba handphoneku
bergetar. Kupinggirkan mobil di bahu
jalan yang lumayan sepi itu.
"Iya, Tante, ada ap..?"
ucapanku terputus. Bulu kudukku
berdiri, aku merasa jantungku akan
berhenti saat itu juga. Apa ini? apa
yang baru kudengar ini?!
handphoneku terjatuh. Aku
memandang kosong kearah jalanan
yang sepi. Semua badanku kaku dan
gemetaran. Ini pasti mimpi! Just
dream! Just shit dream!!. Suara
Tante Mira masih bisa kudengar
saking sepinya jalanan itu.
" Hallooo?! Nara?!
Kamu dengar kan? Kinal kecelakaan!
Kamu harus cepat ke rumah sakit! ".
We can meet again and stay
at the romantic place in this world,
French. Paris. And at the heaven if
we die ". Teringat ucapan Kinal yang
masih terdengar jelas ditelingaku.
Ternyata pelabuhan terakhir
memanglah Surga bukan kota
romantis sedunia seperti Paris. Kelu
lidah ini melihat gadis bergaun putih,
bersarung tangan putih dengan
tataan rambut yang indah dan wajah
yang cantik tertidur pulas disebuah
peti yang berbalut kain putih dengan
banyak bunga di dalamnya. Kota
Paris, hanyalah sebuah kota megah
yang hanya dapat dia impikan tanpa
bisa diraihnya.
Setelah kamu pergi, Kinal
berlari mengejar mobilmu dan
meneriaki namamu, Nara. Hingga
tanpa aba-aba, terdengar decitan
rem yang sangat nyaring dari sebuah
mobil sedan. Dan tanpa bisa
dihentikan lagi, badan logam mobil
itu telah beradu dengan tulang yang
berbalut daging milik Kinal hingga dia
terpental jauh. Tante nggak kuat,
Nara, kenapa Tante harus
menyaksikan sendiri peristiwa itu?
Menyaksikan sendiri keponakan yang
sangat tante banggakan akhirnya
harus merelakan semua impiannya
sia-sia ", ucapan Tante Mira tadi
membuat tangisku semakin menjadi.
Semua teman
menyemangatiku. " Yang kami
temukan, sebuah tiket menuju Paris
dan sebuah foto ini ", ucapan
Inspektur polisi malam itu, membuat
aku mengeluarkan foto yang terkena
bercak darah dari dalam kantong
plastik. Foto mesra kami berdua.
Foto cantik Kinal dengan
senyumannya yang selalu tulus dan
kedua matanya yang indah. Sama
persis ketika aku pertama kali
melihatnya dulu. Tapi sekarang
senyuman itu akan pudar selamanya
dan kedua mata itu akan tertutup
tidak akan pernah terbuka lagi. Maaf
jika kali ini aku tidak bisa
menolongmu, Kinal. Ku relakan
engkau Kinal, walau berat bagiku
melepasmu kembali ke Sisi Allah SWT.
Aku disini TETAP MENCINTAIMU Kinal.
END
Pengirim :
Author By : Febri Hutomo
Twitter Anda : @Febri_United
Judul Cerpen Anda : Tetap Mencintaimu
Inspiration By : Devi Kinal Putri
Kategori Cerpen :Sedih
Sedih ceritanya! ;-( ;((
BalasHapus